Jumat, 25 Desember 2015

Materi Optik Pembiasan Cahaya pada Bidang Datar, Kaca Plan Paralel, Prisma dan Lensa

Pembiasan Cahaya pada Bidang Datar, Kaca
Plan Paralel, Prisma dan Lensa


1. Pembiasan Cahaya

       Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan endekati
garis normal ketika sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Terjadinya pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli matematika dan perbintangan Belanda pada 1621 bernama Willebrord Snell. Kesimpulan hasil percobaan dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius


Sinar datang sejajar dengan sinar yang keluar dari kaca plan pa

ralel.

Hukum Snellius menyatakan sebagai berikut.

1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang rapat, sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Indeks bias

      Indeks bias bahan adalah rasio dari kecepatan cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya dalam bahan itu.

      Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan cahaya berbelok. Di dalam medium yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan pada medium yang kurang rapat. Akibatnya, cahaya membelok. Jika cahaya merambat dari udara atau hampa ke suatu medium, indeks biasnya disebut indeks bias mutlak.

Secara matematis dituliskan sebagai berikut :



dengan: 
n = indeks bias mutlak,

c = laju cahaya (m/s), dan
v = laju cahaya dalam medium (m/s).

Catatan :
  •  semakin padat bahan ,semakin lambat kecepatan cahaya dalam bahan tersebut. Jadi n>1 untuk semua bahan,dan meningkat dengan meningkatnya kepadatan. Dalam ruang hampa=1.
  • Frekuensi cahaya tidak berubah ketika melewati satu medium yang lain. Menurut rumus kecepatan sama dengan panjang gelombang di kalikan dengan frekuensinya , panjang gelombang pasti berubah. Sehingga indeks bias dapat ditulis dalam bentuk panjang gelombang sebagai.

      dimana đžŽo adalah panjang gelombang cahaya dalam ruang               hampa dan 𝞮 merupakan panjang gelombang cahaya dalam             medium.

2. Pembiasan Cahaya pada Bidang Datar

Pembiasan adalah pembelokan arah rambat cahaya, yang terjadi karena perubahan kerapatan medium yang dilalui cahaya tersebut. Contohnya:
1. Pembiasan dari udara ke air
2. Pembiasan dari udara ke kaca
3. Pembiasan dari air ke udara

Akibat pembiasan:
 Cahaya mengalami perubahan kecepatan,
 Cahaya mengalami perubahan panjang gelombang,
 Dapat mengalami perubahan arah rambat.

        Bila cahaya merambat dari medium optik lebih rapat menuju ke medium optik kurang rapat (contohnya dari air menuju ke udara), maka berkas cahaya dibiaskan menjauhi garis normal (sudut datang lebih kecil dari sudut bias).

        Hukum pembiasan diungkapkan oleh Snell dikenal dengan hukum Snell atau hukum Snellius yakni: sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar (rata) Jika sinar datang dari medium 1 menuju medium 2, maka:


2.3. Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Paralel

       Kaca plan paralel atau yang biasa disebut balok kaca merupakan keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar.

       Seperti pada prisma, cahaya yang mengenai kaca plan paralel juga akan dibiaskan dua kali , yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.

      Apabila seberkas sinar datang dari suatu medium dengan indeks bias n1 ke suatu kaca plan-paralel dengan indeks bias n2, maka sinar yang keluar dari kaca plan-paralel akan sejajar dengan sinar yang masuk, namun mengalami pergeseran dari arah semula seperti pada gambar dibawah ini.



Untuk kaca plan pararel dengan ketebalan d , maka sinar akan mengalami pergeseran sebesar t yang dapat diturunkan sebagai berikut :


Dengan menggabungkan kedua persamaan diatas, diperoleh



Keterangan :
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, (°)
r = sudut bias, (°)
t = pergeseran cahaya, (cm)
Di mana r dapat dihitung dari hukum Snellis 

4. Pembiasan Cahaya pada Prisma

       Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar
datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca.
Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Proses pembiasan cahaya pada prisma ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.


       Sudut antara kedua permukaan yang membentuk sudut disebut sudut pembias prisma (ÎČ). Sifat prisma selalu membelokkan sinar menuju ke bagian prisma yang lebih tebal.

     Sinar yang keluar dari prisma membelok sebesar sudut terhadap arah sinar yang mula-mula mengenai prisma. Sudut σ disebut sudut deviasi atau sudut penyimpangan sinar.

Rumus Pembiasan pada Prisma

Persamaan sudut puncak prisma atau biasa disebut sudut pembias prisma, dapat dihitung menggunakan rumus :


Jika nilai sudut pembias prisma sudah diketahui selanjutnya kita dapat mencari nilai sudut deviasi prisma atau sudut pembias prisma, menggunakan rumus:



Sudut deviasi minimum terjadi saat i1 = r2, untuk menentukan nilai deviasi minimum digunakan persamaan:


Keterangan :

i1 = sudut datang yang masuk prisma
r1 = sudut bias prisma
r2 = sudut yang meninggalkan prisma
i2 = sudut datang pada permukaan prisma
σm = sudut deviasi minimal
ÎČ = sudut pembias prisma


Bila sudut pembias lebih dari 15° , besar sudut deviasi minimum dihitung menggunakan rumus:


Bila sudut pembias kurang dari 15° , besar sudut deviasi minimum dihitung menggunakan rumus:



Dengan :

n = indeks bias relatif prisma terhadap medium
n1 = indeks bias medium (udara)
n2 = indeks bias prisma
σ m = sudut deviasi minimum (⁰)
ÎČ = sudut pembias prisma (⁰)







Keterangan:
i1 = sudut datang yang masuk prisma
r1 = sudut bias prisma
r2 = sudut yang meninggalkan prisma
i2 = sudut datang pada permukaan prisma


5. Pembiasan Cahaya pada Lensa

      Pada dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening, seperti air, kaca, lensa, prisma, dan sejenisnya. Akan tetapi yang akan dibicarakan disini adalah pembiasan pada lensa, baik lensa cembung (konveks) maupun lensa cekung (konkaf).

     Lensa cembung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cembung, yaitu :
1. lensa cembung ganda (bikonveks)
2. lensa cembung-datar (plankonveks), dan
3. lensa cembung-cekung (konveks-konkaf).

     Lensa cekung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cekung, yaitu :
1. lensa cekung ganda (bikonkaf)
2. lensa cekung datar (plankonkaf), dan
3. lensa cekung-cembung (konkaf-konveks).


                           

Pembiasan Pada Lensa Cembung

       Lensa cembung dinamakan pula lensa konvergen karena lensa cembung memfokuskan (mengumpulkan) berkas sinar sejajar yang diterimanya. Disini kita hanya akan membahas lensa yang kedua permukaannya cembung (bikonveks). Karena lensa cembung seperti ini memiliki dua buah permukaan lengkung, maka lensa cembung memiliki dua jari-jari kelengkungan dandua titik fokus. Seperti halnya pada cermin, jari-jari kelengkungan lensa adalah dua kali jarak fokusnya (R=2F). Untuk lensa cembung, jari-jari kelengkungan (R) dan titik fokus (f) bertanda positif (+), sehingga lensa cembung sering dinamakan lensa positif.
  • Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama (F).
  • Berkas sinar yang datang/melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
  • Berkas sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa dibiaskan.




Dari gambar terlihat bahwa panjang fokus lensa cembung bergantung pada ketebalan lensa itu sendiri. Jika lensanya lebih tebal, maka panjang fokusnya menjadi lebih pendek. Pada pembiasan cahaya oleh lensa cembung dikenal tiga sinar istimewa yaitu:





Pembentukan bayangan pada lensa cembung
       Untuk menentukan bayangan oleh lensa cembung diperlukan sekurangkurangnya dua berkas sinar utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias atau perpanjangan dari sinar-sinar bias. Apabila ayangannya merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias maka
bayangannya bersifat nyata, sedangkan apabila bayangannya merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar bias, maka bayangannya bersifat maya.

       Dengan menggunakan sinar-sinar istimewa diatas maka salah satu contoh pembentukkan bayangan pada lensa cembung dapat dilukiskan sebagai berikut:




       Benda AB terletak diruang benda satu (R1) sehingga terbentuk bayangan A’B’ diruang bayangan empat (R4). Sifat bayangan adalah maya, tegak dan perbesar. Hal inilah yang menyebabkan lensa cembung dapat digunakan sebagai lup, yaitu alat yang digunakan untuk melihat benda yang relatif kecil menjadi tampak lebih besar.

       Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa kemungkinan, yaitu:
  • Benda terletak di ruang I, yaitu antara O dan F, maka bayangan bersifat maya, tegak, diperbesar 30.
  • Benda terletak di ruang II, yaitu antara F dan 2F, maka bayangan bersifat nyata, terbalik, diperbesar.
  • Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri 2F, maka bayangan bersifat nyata, terbalik diperkecil.
  • Benda terletak di titik fokus utama (F), maka tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar bias dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar).
  • Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (di R; dimana R = 2F), maka bayangan bersifat nyata, terbalik, sama besar.

       Perbedaan antara bayangan nyata dan bayangan maya pada lensa dapat dilihat pada Tabel berikut :


























DAFTAR PUSTAKA

Iwan Permana M.pd .Optik. Jakarta: Duta Grafika, 2010.

Sutarno, M.sc . FISIKA UNTUK UNIVERSITAS . Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013

Supiyanto. FISIKA . Jakarta : Phiebeta aneka gama. 2006
     
    Anonim. Optik dan Cahaya.
https://docs.google.com/document/d/1EKoFm0GVbR83GkZncWFp9KZU HtYR8OjkBz89qciWfV0/edit

     Anonim. Optik. 
http://fisik-fisika asik.blogspot.co.id/2014/01/pembiasan-padabidang-datar-dan-lengkung_4.html

     Anonim. Cahaya dan Optik.
http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2015/01/pembiasan-cahayapada-prisma_9.html

    Anonim. Optik dan Cahaya.
http://fisikazone.com/pembiasan-cahaya-padaprisma/
Anonim. Optik. http://rumushitung.com/2013/08/25/pembiasan-cahaya-padaprisma-soal/

    Anonim. Optik dan Cahaya . http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/KONSEP_DASAR_FISIKA/BBM_8_%28Cahaya_dan_alat_Optik%29_KD_Fisika.pdf (Jakarta 2013)

     Anonim. Optik .
 http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22300-5.%20BAB%20II.pdf . 2013


Materi Optik Cermin cembung dan cermin cekung

CERMIN CEKUNG DAN CERMIN CEMBUNG

1 Cermin Cekung


a. Pantulan Cahaya

    Pemantulan artinya proses memantulkan. Memantul artinya
bergerak balik karena membentur sesuatu. Jadi, pemantulan dapat
diartikan sebagai peristiwa dimana arah gerak suatu benda berubah
karena cahaya mengenai suatu penghalang.

    Pemantulan cahaya adalah peristiwa dimana cahaya
mengenai suatu penghalang sehingga arah gerak cahaya berubah;
arah gerakan cahaya setelah membentur benda penghalang berbeda

dengan arah gerak cahaya sebelum membentur benda penghalang.

    Dalam pemantulan, berlaku hukum- hukum sebagai berikut:

  • Sudut datang sama dengan sudut pantul
  • Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada sebuah bidang datar.




    Ketika sumber cahaya ditempatkan di depan cermin datar,
sinar yang dipantulkan akan menghambur atau menyimpang. Jika
cermin di bengkokkan berbentuk cekung, sinar pantul yang
terhambur akan lebih sedikit. Dengan bentuk cermin yang tepat,
sinar pantul terbentuk dalam garis-garis sejajar. Bentuk yang tepat
adalah parabola. Bentuk parabola digunakan
untuk membuat obor, lampu besar, dan lampu sorot mobil.

(a) sinar dari sumber cahaya didepan cermin datar dipantulkan
kesegala arah. (b) cermin cekung berbentuk lingkaran
membawa sinar pantul kedalam. (c) ketika cermin cekung
berbentuk parabola, sinar pantul sejajar satu sama lain dan
sumber cahaya berada pada fokus cermin

    
    Cahaya dapat merambat kemana saja sepanjang lintasannya.
Dengan demikian, arah panah dari berkas sinar pada dapat di balik. Artinya semua sinar sejajar dari cahaya yang mengenai cermin cekung akan melewati suatu titik. Titik tersebut sangat penting. Titik ini di sebut focus cermin cekung garis yang melewati pusat cermin dan focus disebut sumbu utama dan jarak dari pusat cermin ke focus disebut jarak focus.

    Jejak sinar dapat dimanfaatkan untuk menyelidiki sifat
bayangan pada cermin cekung. Jejak sinar merupakan teknik
penggambaran jalan sinar untuk mencari letak dan ukuran bayang
yang dibentuk cermin.

    Seperti di tunjukkan pada, pusat cermin cekung disebut kutub. Titik pusat kelengkungan adalah titik yang jaraknya ke kutub dua kali jarak ke focus. Pernyataan ini berlaku untuk cermin lengkung berukuran kecil.Untuk cermin kecil, bentuk lingkaran atau sferis (bagian dari bola) lebih mudah dibuat daripada bentuk parabola. Perbedaan kedua bentuk itupun (sferis dan parabola) kecil. Untuk cermin khusus, seperti pada teleskop hubble bentuk yang digunakan adalah parabola.

Untuk cermin kecil, jarak fokus adalah setengah dari jarak titik
pusat kelengkungan dan kutub cermin.


Cermin lengkung atau sferis dapat dibayangkan sebagai bagian
dari bola utuh. Titik pusat kelengkungan ada di pusat bola
tersebut


b. Sinar-sinar Istimewa

    Ketika sinar-sinar datang yang melalui titik fokus yang
mengenai permukaan cermin cekung, ternyata semua sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama. Akan tetapi, jika sinar datang dilewatkan melalui titik (titik kelengkungan lensa), sinar pantulnya akan dipantulkan ke titik itu juga.

    Proses terbentuknya bayangan akibat pemantulan pada
cermin cekung dapat dipelajari dengan memperhatikan pemantulan
beberapa sinar istimewa berikut:

a) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan
melalui titik fokus.
Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan

dipantulkan melalui titik fokus


 b) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu

utama.


Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan

sejajar sumbu utama.

c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan
dipantulkan ke titik itu juga.

Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan
cermin akan dipantulkan ke titik itu juga

c. Pembentukan Bayangan
     Jika kita bercermin pada cermin cekung, kita tidak akan
mendapatkan bayangan selalu dibelakang cermin. Untuk melukis
bayangan benda pada cermin diperlukan paling sedikit dua sinar
istimewa.

Bayangan benda diletakkan pada jarak >2F atau dibelakang M.

    Ketika kita meletakkan sebuah benda dengan jarak lebih
besar daripada titik fokus (diantara M dan F) cermin cekung,
bayangan benda yang terjadi selalu nyata karena merupakan
perpotongan langsung sinar- sinar pantulnya (didepan cermin cekung). Akan tetapi, ketika benda kita letakkan pada jarak diantara titik fokus dan cermin, kita tidak akan mendapatkan bayangan didepan cermin. Bayangan benda akan kelihatan dibelakang cermin cekung, diperbesar dan tegak.

    Bayangan benda yang diletakkan antara M dan F memiliki
sifat nyata, terbalik dan diperbesar.

Benda diletakkan pada jarak antara M dan F.

     Jarak antara pusat optis dan titik fokus disebut jarak fokus (f),

jarak benda ke cermin adalah S, jarak antara bayangan dan cermin
adalah S’.

     Bayangan benda yang diletakkan diantara titik fokus dan cermin, memiliki sifat maya, sama tegak dan diperbesar.

Bayangan benda yang diletakkan diantara titik fokus
dan cermin.

d. Penyelesaian Perhitungan

     Diagram jejak sinar dapat digunakan untuk menentukan
hubungan matematis antara letak benda dan baying, relative
tetrhadap cermin. Perhatikan gambar:

Deskripsi bayangan dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan.

𝒖 = Jarak benda ke cermin
𝒗 = Jarak bayangan ke cermin
𝒇 = Jarak fokus
𝑯𝒐 = Tinggi beda (objek)
𝑯𝒊 = Tinggi bayangan (image)

     Sinar-sinar dari benda menyebar setelah mengenai cermin.
Dengan demikian, tidak mungkin membentuk bayangan nyata
dengan cermin cembung.

Pada gambar 1d.1, segitiga BAO dan EGO yang diwarnai
sebangun. Oleh karena itu đ‘Żđ’Š / đ‘Żđ’ đ’— / đ’–
Dengan đ‘Żđ’Š / đ‘Żđ’ sama dengan perbesaran, M, pada cermin.

    Segitiga DOF dan EGF juga sebangun. Oleh karena itu


     Karena bayangan dapat berada didepan cermin (disebut
bayangan nyata) atau berada di belakang cermin (disebut bayangan
maya) diperlukan keseragaman tanda untuk membedakan kedua
kemungkinan tersebut.

     Dalam menggunakan persamaan cermin cekung, perlu diperhatikan aturan-aturan tanda berikut ini.


  • Jarak benda (u) bertanda positif (+) untuk benda nyata (benda terletak didepan cermin) dan bertanda negatif (-) untuk benda maya (benda terletak dibelakang cermin).
  • Jarak bayangan (v) bertanda positif (+) untuk bayangan nyata (benda terletak didepan cermin) dan bertanda negatif (-) untuk bayangan maya (benda terletak dibelakang cermin).


  • 2 Cermin Cembung

    a. Pantulan Cahaya

         Lengkungan cermin cembung lebih mengarah keluar
    daripada kedalam. Jika kita melihat melalui cermin cembung, kita
    memiliki ruang pandang yang lebih luas. Cermin cembung
    digunakan sebagai cermin pengaman disupermarket dan membantu
    penglihatan pengemudi dijalan raya.

         Sama seperti cermin cekung, cermin cembung memiliki
    fokus, tetapi fokusnya maya karena berada dibelakang cermin. Sinar sejajar yang datang menuju sumbu utama dipantulkan seolah-olah datang dari fokus dibelakang cermin. Meskipun demikian, sinar-sinar yang digunakan dalam jejak sinar untuk cermin cekung masih dapat digunakan. Ingatlah bahwa fokus dan titik pusat kelengkungan berada disisi lain dari cermin.

         Sinar-sinar dari benda menyebar setelah mengenai cermin.
    Dengan demikian, tidak mungkin membentuk bayangan nyata
    dengan cermin cembung.

    Cermin cembung digunakan ketika pengamat membutuhkan

    ruang pandang yang luas.

    Cermin cembung melengkung ke arah luar. Orang yang berdiri
    didepan cermin cembung akan menerima cahaya yang datang
    dengan sudut yang sangat besar.

    Sinar 1 menuju fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
    Sinar 2 menuju kutub dipantulkan bebawah sumbu dengan
    sudut yang sama. Sinar 3 sejajar dengan sumbu utama
    dipantulkan seolah-olah datang dari fokus.


    b. Sinar-sinar Istimewa

         Sinar – sinar pantul pada cermin cembung seolah-olah
    berasal dari titik fokus menyebar ke luar. Seperti halnya pada cermin cekung, pada cermin cembung pun berlaku sinar- sinar istimewa, tetapi dengan sifat yang berbeda. Titik fokus cermin cembung berada dibelakang cermin sehingga bersifat maya dan bernikai negatif. Cermin cembung merupakan kebalikan cermin cekung.

         Berikut ini adalah sinar- sinar istimewa pada cermin
    cembung:

    a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan
    seolah-olah dari titik fokus.

    Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan

    dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.

    b. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu
    utama.

    Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan

    sejajar sumbu utama.

    c. Sinar datang menuju titik M (titik pusat kelengkungan) akan
    dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.

    Sinar datang menuju titik M (titik pusat kelengkungan)
    akan dipantulkan seolah-olah dari titik itu juga.

    c. Pembentukan Bayangan

         Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya
    dan berada di belakang cermin. Mengapa demikian? Secara
    geometris, kita cukup menggunakan dua berkas sinar istimewa
    untuk mendapatkan bayangan pada cermin cembung. Jika sebuah lili didepan cermin cembung maka akan memiliki bayangan maya
    dibelakang cermin.
    Pembentukan bayangan pada cermin cembung.


         Benda yang diletakkan didepan cermin cembung akan selalu

    menghasilkan bayangan dibelakang cermin, dengan sifat maya,
    sama tegak dan diperkecil. Hubungan antara jarak benda dan jarak
    bayangan dan titik fokus memiliki persamaan yang sama dengan
    cermin cekung. Perbedaannya, pada cermin cekung nilai jarak fokus selalu negatif (-).
    Pembentukan bayangan pada cermin cembung

    d. Penyelesaian Perhitungan


         Sebelum diulas rumus cermin cembung, terlebih dahulu
    dipahami beberapa aturan tanda cermin cembung.

    Aturan Tanda Cermin Cembung
    • Jarak benda (s)

         Apabila benda berada di depan permukaan cermin yang
    memantulkan cahaya, di mana cahaya melewati benda tersebut,
    maka jarak benda (s) adalah positif.
    • Jarak bayangan (s’)

         Jika bayangan berada di depan permukaan cermin yang
    memantulkan cahaya, di mana cahaya melewati bayangan
    tersebut, maka jarak bayangan (s’) adalah positif (bayangan
    nyata). Jika bayangan berada di belakang permukaan cermin
    yang memantulkan cahaya, di mana cahaya tidak melewati bayangan tersebut, maka jarak bayangan adalah negatif
    (bayangan maya).
    • Jari-jari kelengkungan (R)

         Pusat kelengkungan cermin cembung berada di belakang
    permukaan cermin yang memantulkan cahaya, di mana cahaya
    tidak melaluinya karenanya jari-jari kelengkungan cermin
    cembung adalah negatif. Jari-jari kelengkungan negatif maka
    panjang fokus (f) juga negatif.
    • Tinggi benda (h)

         Jika benda berada di atas sumbu utama cermin cembung maka
    tinggi benda (h) adalah positif (benda tegak). Sebaliknya apabila
    benda berada di bawah sumbu utama cermin cembung maka
    tinggi benda adalah negatif (benda terbalik).

    • Tinggi bayangan (h’)

         Jika bayangan berada di atas sumbu utama cermin cembung
    maka tinggi bayangan (h’) adalah positif (bayangan tegak).
    Apabila bayangan berada di bawah sumbu utama cermin
    cembung maka tinggi bayangan adalah negatif (bayangan
    terbalik).

    • Perbesaran bayangan (m)

         Apabila perbesaran bayangan > 1 maka ukuran bayangan lebih
    besar daripada ukuran benda. Bila perbesaran bayangan = 1
    maka ukuran bayangan sama dengan ukuran benda. Jika
    perbesaran bayangan < 1 maka ukuran bayangan lebih kecil
    daripada ukuran benda.

         Terdapat dua berkas cahaya yang digambarkan menuju
    cermin cembung lalu berkas cahaya tersebut dipantulkan oleh
    22 cermin cembung.


    Keterangan gambar :
    s = jarak benda,
    s’ = jarak bayangan,
    h = P P’ = tinggi benda,
    h’ = Q Q’ = tinggi bayangan,
    F = titik fokus cermin cembung.

    Pada berkas cahaya P’AS, segitiga P’AP serupa dengan segitiga
    Q’AQ. Dengan demikian:

    Pada berkas cahaya P’BR, segitiga BFA serupa dengan segitiga

    Q’FQ di mana jarak AB = tinggi benda (h) dan jarak FA = panjang
    fokus (f) cermin cembung. Dengan demikian:


    Ruas kiri dan ruas kanan persamaan 1 dan 2 sama, karenanya ruas kanan disamakan:


    Kalikan kedua ruas persamaan dengan s’:


         Berpedoman pada aturan tanda cermin cembung maka
    rumus ini dapat diubah menjadi seperti rumus cermin cekung, jika
    jarak bayangan (s’) diberi tanda negatif karena bayangan tidak
    dilalui berkas cahaya dan panjang fokus (f) juga diberi tanda negatif karena titik fokus cermin cembung tidak dilalui berkas cahaya (bandingkan dengan gambar pembentukan bayangan di atas). Sesuai dengan pernyataan ini maka rumus cermin cembung di atas berubah menjadi:


    Keterangan:
    s = jarak benda,
    s’ = jarak bayangan,
    f = panjang fokus.

          Ingat selalu aturan tanda cermin cembung ketika
    menggunakan rumus ini untuk menyelesaikan soal cermin
    cembung, bernilai negatif pada jarak fokus karena fokusnya maya.
    Untuk alasan itu, cermin cembung terkadang disebut cermin negatif.














    DAFTAR PUSTAKA

    Lofts, Graeme, dkk. Jacaranda Fisika 1 (alih bahasa: Dr. Suprijadi). Ganeca Exact. 2008.

    Purwoko, Fendi. Fisika 1 SMA kelas X. Jakarta: Yudhistira. 2010.

    Suwarna, Iwam Permana. Optik. Bogor: CV. Duta Grafika. 2010.

    https://academia.edu/cahaya

    https://google.com/gambar/sinar-sinar-istimewa-cermin cekungdancembung

    https://fisikasma-online.blogspot.com

    https://rumusfisika.com

    https://kidnesia.com

    https://google.com/gambar/pembentukan-bayangan-pada-cermin-cembung

    https://gurumuda.net/rumus-cermin-cembung.htm